Kata Mutiara Sahabat

Kata Mutiara Sahabat

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah”


“Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama”


“Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya”


“Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian”

“Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya”

“Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah”


“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya”


“Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis”


“Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya”


“Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya”

“Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri”


“Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda??. Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??”


“Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satupun yang dapat anda berikan??. Merekalah sahabat-sahabat anda”

“Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka. Karena seorang sahabat bisa lebih dekat dari pada saudara sendiri”
Abu Nawas Menipu Gajah

Abu Nawas Menipu Gajah

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetutan berjumpa di tengah jalan.
“Ada kerumunan apa di sana?” tanya Abu Nawas.

“Pertunjukkan keliling yang melibatkan gajah ajaib.”
“Apa-maksudmu dengan gajah ajaib?”Kata Abu Nawas ingin tahu.
“Gajah yang bisa mengerti bahasa manusia,dan yang lebih menakjubkan adalah gajah itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas makin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu mengang guk-angguk. Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Gajah itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat kegigihan gajah itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
“Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu menggeleng.
“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” tanya Abu Nawas lagi. Namun gajah itu tetap menggeleng.
“Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Abu Nawas memancing. Gajah itu mulai ragu.
“Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu.” lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu.
Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-agguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun  pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mecoba, harus sanggup membuat gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, para penonton tidak tidak sanggup memaksa gajah itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang mencobanya, Abu Nawas maju, ia mengulang pertanyaan yang sama.
Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu mengangguk.
“Apakah engkau tidak takut kepadaku?” Gajah itu tetap mengangguk.
“Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” pancing Abu Nawas. Gajah itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
“Tahukah engkau apa guna balsam ini?” Gajah itu tetap mengangguk
“Baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam?” Gajah itu mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa agak kepanasan dan mulai panik. Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.
“Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?” Abu Nawas mulai mengancam. Gajah itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah. Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik.
Abu Nawas Menang Lomba Berburu

Abu Nawas Menang Lomba Berburu

Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid dan para pengawalnya meninggalkan istana untuk berburu. Namun, di tengah perjalanan, salah satu pejabat kerajaan yang bernama Abu Jahil menyusul dengan terengah-engah di atas kudanya.

“Baginda… Baginda…. hamba mau mengusulkan sesuatu” katanya Abu Jahil mendekati sang Raja. “Apa usulm itu wahai Abu Jahil?... tanya Raja.

“Agar acara berburu ini menarik dan disaksikan banyak penduduk, bagaimana kalau kita sayembarakan saja?” ujar Abu Jahil dengan raut wajah serius.
Baginda Raja terdiam sejenak dan mengangguk-angguk.

“Hamba ingin beradu ketangkasan dengan Abunawas, dan nanti pemenangnya akan mendapatkan sepundi uang emas. Tapi, kalau kalah, hukumannya adalah dengan memandikan kuda-kuda istana selama 1 bulan” tutur Abu Jahil meyakinkan Raja.

Terompet Sayembara Ditiup

Akhirnya sang Raja menyetujui usulan Abu Jahil tersebut. Hitung-hitung sayembara itu akan memberikan hiburan kepadanya. Maka, dipanggillah Abunawas untuk menghadap, dan setelah menghadap Raja Harun, Abunawas pun diberi petunjuk panjang lebar.

Pada awalnya, Abunawas menolak sayembara tersebut karena ia tahu bahwa semua ini adalah akal bulus dari Abu Jahil yang ingin menyingkirkannya dari istana.
Tapi Baginda Raja Harun memaksa dan Abunawas tudak bisa menolak.

Abunawas berpikir sejenak

Ia tahu kalau Abu Jahil sekarang diangkat menjadi pejabat istana. Ia pasti mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor binatang buruannya di hutan nanti.

Namun , karena kecerdikannya, Abunawas malah tersenyum riang. Abu Jahil yang melihat perubahan raut muka Abunawas menjadi penasaran dbuatnya, batinnya berkata mana mungkin Abunawas bisa mengalahkan dirinya kali ini.
Akhirnya, Baginda menggiring mereka ke tengah alun-alun istana. Raja dan seluruh rakyat menunggu, siapa yang bakal menjadi pemenang dalam lomba berburu ini.
Terompet tanda mulai adu ketangkasan pun ditiup. Abu Jahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan belantara. Anehnya, Abunawas justru sebaliknya, dia dengan santainya menaiki kudanya sehingga para penonton banyak yang berteriak.

Menjelang sore hari, tampaklah kuda Abu Jahil memasuki pintu gerbang istana. Ia pun mendapat sambutan meriah dan tepuk tangan dari rakyat yang menyaksikannya. Di sisi kanan dan kiri kuda Abu Jahil tampak puluhan hewan yang mati terpanah. Abu Jahil dengan senyum bangga memperlihatkan semua binatang buruannya di tengah lapanangan.

“…Aku, Abu Jahil berhak memenangkan lomba ini. Lihat..binatang buruanku banyak. Mana mungkin Abunawas mengalahkanku?...” teriaknya lantang yang membuat para penonton semakin ramai bertepuk tangan.

Ribuan Semut

Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara kaki kuda Abunawas. Semua orang mentertawakan dan meneriakinya karena Abunawas tak membawa satu pun binatang buruan di kudanya.

Tapi, Abunawas tidak tampak gusar sama sekali. Ia malah tersenyum dan melambaikan tangan.

Baginda Raja menyuruh kepada 2 orang pengawalnya maju ke tengah lapangan dan menghitung jumlah binatang buruan yang didapatkan 2 peserta tersebut.

Dan kesempatan pertama, para pengawal menghitung jumlah binatang hasil buruan dari Abu Jahil.
“Tiga puluh lima ekor kelinci, ditambah lima ekor rusa dan dua ekor babi hutan, kata salah satu pengawal”.

“Kalau begitu akulah pemenangnya karena Abunawas tak membawa seekor binatangpun,” teriak Abu Jahil dengan sombongnya.

“Tenang… tenang…. aku membawa ribuan binatang. Jelaslah aku pemenangnya dan engkau wahai Abu Jahil, silahkan memandikan kuda-kuda istana. Menurut aturan lomba, semua binatang boleh ditangkap, yang penting jumlahnya,” kata Abunawas sambil membuka bambu kuning yang telah diisi dengan ribuan semut merah.

“Jumlahnya sangat banyak Baginda, mungkin ribuan, kami tak sanggup menghitungnya lagi,” kata pengawal kerajaan yang menghitung jumlah semut itu.

Melihat kenyataan itu, Abu Jahil tiba-tiba saja jatuh pingsan. Baginda Raja tertawa terpingkal-pingkal dan langsung memberi hadiah kepada Abunawas. Kecerdikan dan ketulusan hati pasti bisa mengalahkan kelicikan.


Abu Nawas Menagkap Angin

Abu Nawas Menagkap Angin

Abu Nawas kaget bukan main ketika seorang utusan Baginda Raja datang ke rumahnya. Ia harus menghadap Baginda secepatnya. Entah permainan apa lagi yang akan dihadapi kali ini. Pikiran Abu Nawas berloncatan ke sana kemari. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman.

"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin." kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya Abu Nawas.
"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya." kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti, tetapi ia bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin.

Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. Ia yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihariapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.


Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar - benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda, Ia berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.

"Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. ia berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian manuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas.

"Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas? "
"Sudah Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu. Baginda menimbang-nimang batol itu.
"Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda. Di dalam, Tuanku yang mulia." jawab Abu Nawas penuh takzim. "Aku tak melihat apa-apa." kata Baginda Raja.
"Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu." kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka. Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.
"Bau apa ini, hai Abu Nawas?" tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, tedi hamba buang angin dan hamba. masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol." kata Abu Nawas ketakutan.

Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. "Heheheheh kau memang pintar Abu Nawas."

Tapi... jangan keburu tertawa dulu, dengar dulu apa kata Abu Nawas. "Baginda...!"
"Ya Abu Nawas!"
"Hamba sebenarnya cukup pusing memikirkan cara melaksanakan tugas memenjarakan angin ini."
"Lalu apa maksudmu Abu Nawas?"
"Hamba. minta ganti rugi."
"Kau hendah memeras seorang Raja?"
"Oh, bukan begitu Baginda."
"Lalu apa maumu?"
"Baginda harus memberi saya hadiah berupa uang sekedar untuk bisa belanja dalam satu bulan."
"Kalau tidak?" tantang Baginda.
"Kalau tidak... hamba akan menceritakan kepada khalayak ramai bahwa Baginda telah dengan sengaja mencium kentut hamba!"
"Hah?" Baginda kaget dan jengkel tapi kemudian tertawa terbahak-bahak. "Baik permintaanmu kukabulkan!"
Kata Mutiara Imam Al Ghazali

Kata Mutiara Imam Al Ghazali




Ibadah dan pengetahuan sambil makan haram adalah seperti konstruksi pada kotoran.

Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya. 



Barangsiapa yang memilih harta dan anak – anaknya daripada apa yang ada di sisi Allah, niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar.





Berani adalah sifat mulia kerana berada di antara pengecut dan membuta tuli. 


Pemurah itu juga suatu kemuliaan kerana berada di antara bakhil dan boros. 


Bersungguh – sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.

Cinta merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah harus dipelihara dan dipupuk, suburkan dengan shalat serta ibadah yang lainnya. 

Ciri yang membedakan manusia dan hewan adalah ilmu. Manusia adalah manusia mulia yang mana ia menjadi mulia kerana ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan.

Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan menampakkan sikap angkuh dan sombong. 

Ilmu itu kehidupan hati daripada kebutaan, sinar penglihatan daripada kezaliman dan tenaga badan daripada kelemahan.


Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.


Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa. 


Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati.


Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. 


Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari,maka payah melaluinya, panjang jalannya dan banyak rintangannya.


Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa. 


Pelajari ilmu syariat untuk menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga ilmu akhirat yang dapat menjamin keselamatanmu di akhirat nanti. 


Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.

Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.

Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam – jam lamanya untuk mengumpulkan harta kerana ditakutkan miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.

Barangsiapa yang meyombongkan diri kepada salah seorang daripada hamba – hamba Allah, sesungguhnya ia telah bertengkar dengan Allah pada haknya. 








Kata Mutiara Umar bin Khottob

Kata Mutiara Umar bin Khottob

Hendaklah berteman dengan orang yang jujur, niscaya engkau akan hidup bahagia ditengah-tengah mereka, karena mereka adalah hiasan di kala senang dan bantuan dikala susah.


Duduklah dengan orang-orang yang bertaubat, sesungguhnya mereka menjadikan segala sesuatu lebih berfaedah.






Hendaklah engkau berbuat jujur walaupun engkau dibunuh.



Kalau sekiranya kesabaran dan syukur itu dua kendaraan, aku tak tahu mana yang harus aku kendarai.



Jangan menyindir dalam perkara yang tidak bermanfaat.



Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya.



Jangan bertanya tentang sesuatu yang belum terjadi, karena yang telah terjadi saja menyibukkan kita dari sesuatu yang belum terjadi.



Hendaklah kalian menghisab diri kalian pada hari ini, karena hal itu akan meringankanmu di hari perhitungan.



Jangan berteman dengan orang-orang yang jahat untuk mempelajari kejahatan mereka.



Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. 



Waspadalah terhadap temanmu, kecuali teman yang amanah, dan teman yang amanah adalah yang takut kepada Allah.



Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.



Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. 
Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. 
Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. 
Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.



Barangsiapa takut kepada Allah SWT niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.



Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya.



Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.



Manusia yang berakal ialah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat.



Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki Allah pula pada yang nyata di wajahnya.



Barangsiapa menempatkan dirinya di tempat yang dapat menimbulkan persangkaan, maka janganlah menyesal kalau orang menyangka buruk kepadanya.



Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata lemah-lembut.



Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.



Didiklah anak-anakmu itu berlainan dengan keadaan kamu sekarang kerana mereka telah dijadikan Tuhan untuk zaman yang bukan zaman engkau.



Kata Mutiara Aa Gym

Kata Mutiara Aa Gym


“Pendengki adalah manusia bodoh, dia yang dzolim dan dia juga yang sengsara, habis pahala, belimpah dosa-dosanya”



“Menghina bentuk tubuh, rupa orang lain sama dengan menghina Allah Penciptanya.”



“Bahasa hati adalah bahasa universal”



“Perkataan yang lahir dari hati yang bening, akan bisa menembus hati”





“Bila hati kian bersih, pikiran akan jernih, semangat hidup akan gigih, prestasi dunia akherat mudah diraih”



“Bila memilih pemimpin buat standar kriteria, Pilihlah pemimpin bukan dg standar yg kita suka, melainkan dg standar yg Allah suka”



“Orang tua yang paling menginginkan anaknya menjadi baik, adalah orang tua yang paling gigih memperbaiki diri”



“Dihina karena jujur, pasti lebih baik dan membahagiakan daripada dipuji padahal tidak jujur, yg pasti tak akan ada ketenangan”



“Jujur itu lega dan bahagia, Jujur itu berkah dan mulia serta Jujur itu gerbang jadi ahli sorga”



“Sehebat apapun keinginan kita merubah orang lain, tetap saja kuncinya adalah harus diawali merubah diri sendiri”



“Jangan takut untuk memilih yang disukai Allah, walau resiko duniawinya besar, pada saatnya akan nampak keuntungn yang amat besar”



“setiap cobaan yg menimpa pasti sudah diukur oleh Allah dengan adil dan pasti utk kebaikan kita bukan utk menghancurkan”



“setiap Allah berikan persoalan pasti Diapun sudah siapkan jalan keluarnya bagi yg sungguh2 memohon dan mendekati-Nya”



“Tegang dan kecewa itu milik orang yang banyak berharap dan bergantung kepada makhluk.”



“Ujian dirancang untuk membersihkan dan menguatkan kita,bukan untuk menghancurkan”



“Yang paling enak adalah menjadi orang yang merasa biasa-biasa saja walau memiliki prestasi luar biasa.”



“Jalan macet bukan utk dikeluhkan tapi dinikmati dengan memperbanyak istgfar zikir sholawat dan doa”



“Kehinaan dan kemuliaan, terletak pada cara menyikapi ujian. Kaya, miskin,popularitas hanya accesoris dunia.”



“Di dunia ini hanya mampir. Kita lahir tak punya apa-apa, matipun dunia ini tak dibawa, hanya amal saja yang jadi bekal pulang kita..”



“Jangan remehkan kebaikan sekecil apapun karena tak ada yg kecil dlm pandangan Allah jika kita melakukannya dgn ikhlas.”



“Banyak gaya biang sengsara”



“Allah Maha Tau Yg kita perlukan lebih tau daripada diri kita sndiri, krn DIA yg menciptakan kperluan kita, DIA pula yg kuasa mencukupi.”



“Sungguh aneh, kita sering menghabiskan waktu memikirkan kesalahan orang lain, sampai lupa kepada sumber petaka, yaitu kesalahan diri sendiri”



“Jujur bukan untuk disukai dan dihormati manusia, melainkan kita jujur karena inilah amal yang disukai Alloh.”



“Tak perlu sakit hati bila ada yg berkata buruk /menghina kita, karena sebetulnya dia sedang pamer keburukannya sendiri”



“Tak perlu sakit hati bila ada yg berkata buruk /menghina kita, karena sebetulnya dia sedang pamer keburukannya sendiri”



“Sehebat apapun dakwah tak akan bisa memberi hidayah, karena yang kuasa memberi hidayah adalah Allah semata..”



“Jangan suka mengingat-ingat kebaikan apalagi menyebut-nyebutnya, lupakan saja, Alloh tak akan pernah lupa”



“Diantara tipuan dunia; senang memiliki padahal tidak menikmati.”



“Galau? ?! Pasti ada selain Allah yg mendominasi hati ini... Krn bila Allah yg mendominasi pasti akan tenang”



“Berani menerima dan tampil apa adanya, akan jauuh lebih nyaman dan terhormat daripada menyiksa diri ingin kelihatan 'lebih'”



“Bila yakin bicara akan membawa kebaikan maka bicara lebih baik daripada diam. Bila hati ragu, maka diam akan jauh lebih baik daripada bicara”



“Kematian itu pasti, jangan takut akan mati, tapi takutlah hidup tak manfaat dan mati su'ul khotimah.”
Kata Mutiara Imam Syafi'i

Kata Mutiara Imam Syafi'i

Belumlah menjadi saudaramu; dia yang masih membuatmu harus berpura-pura.
Siapa yang jika kau senangkan memujimu dengan yang tak kau miliki; kala marahnya juga akan menjelekkanmu dengan mengada-ada.
Siapa mendengar dengan telinga, kan menjadi tukang cerita. Siapa menyimak dengan hati, kan menjadi Faqih yang ahli

Menasehati dengan kata-kata, bak muadzin yang merdu suaranya. Menasehati dengan teladan mulia, kan jadi Imam dalam segala.
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jka tidak, kan keruh menggenang
Singa jka tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
Kita ejek zaman kita padahal yang jelek kita
Tidak ada kejelekan pada zaman selain kita
Kita cela zaman tanpa dosa
Andaikan zaman bicara dia ejek kita
 
 Dan tidaklah serigala memakan temannya
Sedangkan manusia saling makan sesama terang-terangan.
Kata Mutiara Ali bin Abi Talib

Kata Mutiara Ali bin Abi Talib

Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya
 



Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.



 

Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya.

 

Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai bila-bilapun dia tidak akan menjadi orang yang berani.
 


Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.
 


Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
 


Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari.
 


Perkataan sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda 
yg diwarisi darinenek moyang. 
 


Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa mengenali diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku.
 


Kebahagiaanku jika mati sebelum baligh lalu aku dimasukkan kedalam syurga, tidak sebahagia jika aku hidup sampai tua dalam keadaan mengenal Allah yaitu yang paling bertaqwa, rajin mengerjaklan ibadah serta menerima apa apa yang telah di berikan Allah kepadaku. 

 

Pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan umat, 
sedang pengkhianat yang paling keji yaitu pengkhianatan pemimpin. 






 

Utbah bin Ghazwan

Utbah bin Ghazwan

Diantara Muslimin yang lebih dulu masuk
Islam, diantara Muhajirin yang pertama yang
hijrah ke Habsyi, kemudian ke Madinah dan
diantara pemanah pilihan yang tak banyak
jumlahnya yang telah berjasa besar dijalan
Allah, terdapatlah seorang laki-laki yang
berperawakan tinggi dengan muka bercahaya
dan rendah hati, namanya ‘Utbah bin
Ghazwan.
Ia adalah orang ketujuh dari kelompok tujuh
perintis yang berbaiat menjabat tangan kanan
Rasulullah saw dengan tangan kanan mereka
untuk bersedia menghadapi orang-orang
Quraisy yang sedang memegang kekuatan
dan kekuasaan serta gemar menuruti hawa
nafsu angkara.
Pada hari-hari pertama dimulainya dakwah,
dan pada hari penderitaan dan kesukaran,
‘Utbah bersama kawan-kawannya telah
memegang teguh suatu prinsip hidup yang
mulia yang kemudian kelak menjadi bekal dan
makanan bagi hati nurani manusia dan akan
berkembang menjadi luas melalui
perkembangan masa.
Sewaktu Rasulullah saw menyuruh sahabat-
sahabat nya hijrah ke Habsyi, maka ‘Utbah
pun termasuk diantara orang-orang
Muhajjirin itu. Tetapi kerinduan kepada Nabi
saw tidak membiarkannya untuk menetap
disana, segeralah ia menjelajahi daratan dan
mengarungi lautan untuk kembali ke Mekkah,
lalu tinggal disana disamping Rasulullah saw
hingga datang saatnya hjijrah ke Madinah,
maka ‘Utbah pun hijrah bersama kaum
Muslimin lainnya.
Dan semenjak orang-orang Quraisy
melakukan gangguan dan melancarkan
peperangan, ‘Utbah selalu membawa panah
dan tombaknya. Ia melemparkan tombaknya
dengan ketepatan yang luar biasa, dan
bersama kawan-kawannya, orang-orang
mukmin lainnya ia menggunakan panah itu
untuk menghancurkan alam hidup dan
berpikir using dengan segala berhala dan
segala kebohongannya.
Di waktu Rasulullah saw yang mulia wafat
menemui Rabb Yang Maha Tinggi, ia belum
lagi hendak meletakkan senjatanya, bahkan ia
selalu berkelana untuk berperang di muka
bumi. Dan ketika berhadapan dengan tentara
Persi, ia melakukan perjuangan yang tiada
taranya.
Amirul Mukminin ‘Umar mengirimkannya ke
Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan
membersihkan buminya dari orang-orang
persi yang menjadikannya sebagai batu
loncatan untuk menghancurkan kekuatan
Islam yang sedang maju melintas wilayah-
wilayah kerajaan Persi, serta untuk
membebaskan negeri Allah dan hamba Nya
dari cengkeraman penjajahan mereka. Dan
berkatalah ‘Umar kepadanya sewaktu
melepaskannya bersama tentaranya,
“berjalanlah anda bersama anak buah anda
hingga sampai batas terdekat negeri Persi!
Pergilah dengan restu Allah dan berkah Nya!
Serulah ke jalan Allah siapapun yang mau dan
bersedia. Dan siapa yang menolak hendaklah
ia membayar pajak. Dan bagi setiap
penantang maka pedanglah bagiannya tanpa
pandang bulu. Tabahlah menghadapi musuh
serta bertakwalah kepada Allah.
Pergilah ‘Utbah memimpin pasukannya yang
tidak seberapa besar hingga sampai ke
Ubullah. Ketika itu orang-orang Persi telah
menyiapkan bala tentara mereka yang terkuat.
‘Utbahpun menyusun kekuatannya dan
berdiri di muka pasukannya sambil
membawa tombak di tangannya yang belum
pernah meleset dari sasarannya semenjak ia
berkenalan dengan tombak. Ia berseru di
tengah-tengah tentaranya, “Allahu Akbar,
shadaqa wa’dah, Allah Maha Besar, Dia
menepati janjiNya.”
Dan seolah-olah ia dapat membaca apa yang
akan terjadi, karena tak lama setelah terjadi
pertempuran kecil, Ubullah pun menyerah
dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persi.
Sedangkan penduduknya terbebas dari
kekejaman yang selama ini mereka rasakan
tak ubahnya seperti neraka, dan benarlah
Allah yang Maha Besar itu telah menepati
janji-Nya!
Di tempat berdirinya Ubullah itu, ‘Utbah
membangun kota Bashrah dengan dilengkapi
saran perkotaan termasuk sebuah masjid
besar. Dan sekarang ia bermaksud
meninggalkan negeri itu dan kembali ke
Madinah, menjauhkan diri dari urusan
pemerintahan, tapi Amirul Mukminin ‘Umar
keberatan dan menyuruhnya untuk tetap
disana.
‘Utbah pun memenuhi keinginan khalifah,
membimbing rakyat melaksanakan sholat,
member pengertian dalam soal agama,
menegakkan hukum dengan adil, serta
member contoh teladan yang sangat teladan
tentang kezuhudan, wara’ dan
kesederhanaan. Dengan tekun dikikisnya
kemewahan dan sikap berlebih-lebihan sekuat
dayanya, sehingga hal itu menjengkelnya
yang dipengaruhi oleh nikmat kesenangan
dan hawa nafsu.
Pada suatu hari, ‘Utbah pun berdiri berpidato
di tengah-tengah mereka, ia berkata, “Demi
Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku
bersama Rasulullah saw sebagai salah
seorang kelompok tujuh yang tak punya
makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga
bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan
luka-luka! Di suatu hari aku memperoleh
rezeki berupa sehelai baju burdah, lalu
kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada
Sa’ad bi Malik dan sebelah lagi kupakai untuk
diriku.
‘Utbah sangat menakuti dunia yang akan
merusak agamanya, dan ia pun menakuti hal
yang serupa terhadap kaum Muslimin. Karena
itu, ia selalu membimbing mereka kepada
kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak
orang yang mencoba hendak mengubah
pendiriannya dan membangkitkan dalam
jiwanya kesadaran sebagai penguasa serta
hak-haknya sebagai seorang penguasa,
terutama di negeri-negeri yang raja-rajanya
belum terbiasa dengan zuhud dan hidup
sederhana, sementara penduduknya
menghargai tanda-tanda lahiriah yang
berlebihan dan gemerlapan terhadap hal-hal
ini, ‘Utbah menjawabnya dengan ucapan,
“Aku berlindung diri kepada Allah dari
sanjungan orang terhadap diriku, karena
kemewahan dunia, tetapi kecil di sisi Allah.”
Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada
wajah-wajah orang banyak karena sikap
kerasnya untuk membawa mereka kepada
kewajaran dan hidup sederhana, ia pun
berkata kepada mereka, ”besok lusa akan
kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang
oleh orang lain menggantikan aku”
Dan datanglah musim haji, diwakilkannya
pemerintahan Bashrah kepada salah seorang
temannya, kemudian ia pergi menunaikan
ibadah haji sewaktu ia telah menunaikan
ibadahnya, ia pun berangkat ke madinah, dan
disana ia memohon kepada Amirul Mukminin
agar diperkenankan mengundurkan diri dari
pemerintahan.
Tetapi ‘Umar tidak hendak menyia-nyiakan
corak kepribadian dari orang-orang zuhud
seperti ini yang menjauhkan diri dari barang
yang amat didambakan yang menjadi incaran
orang-orang lain. Beliau pernah berkata
kepada mereka, “apakah kalian hendak
menaruh amanah diatas pundakku, kemudian
kalian tinggalkan aku memikulnya seorang
diri? Tidak! Demi Allah tidak kuizinkan untuk
selama-lamanya!”
Dan demikian lah pula yang diucapkannya
kepada ‘Utbah bin Ghazwan, sehingga
karenanya, mau tak mau ‘Utbah harus patuh
dan taat. Maka ia pergi menuju kendaraannya
dan menungganginya kembali ke Bashrah.
Tetapi sebelum naik keatas kendaraan itu, ia
menghadap kearah kiblat, lalu mengangjkat
kedua telapak tangannya yang lemah lunglai
itu ke langit sambil memohon kepada Allah
‘Azzawajalla agar ia tidak dikembalikan ke
Bashrah dan tidak pula kepada pimpinan
pemerintahan untuk selama-lamanya dan
doanya pun dikabulkan oleh Allah sewaktu ia
dalam perjalan ke wilayah pemerintahannya
maut datang menjemputnya. Roh nya naik ke
pangkuan ciptaannya, bersuka cita dengan
perngorbanan, darma baktinya, kezuhudan
dan kesahajaan. Begitupun karena nikmat
yang telah disempurnakan Nya dan oleh
karena pahala yng telah disediakan-Nya untuk
dirinya.
Dikutip dari : Serial Karakteristik Perihidup 60
Sahabat Rasulullah
gholextrezz@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Toad Jumping Up and Down

Pengikut